23 Jul 2010

Makan Sedikit tetapi Berkualitas

Mengapa lagi-lagi soal makan? Karena justru apa yang kita makan menentukan seperti apa sosok kesehatan kita. Bukan saja agar lebih menyehatkan, pilihan makan yang tidak tepat menyengsarakan.
Studi di Cina menunjukkan, benar kelebihan asupan protein daging berkorelasi dengan kejadian kanker. Dan memang studi di semua negara juga menunjukkan hal seperti itu. Kanker terkait dengan menu harian juga, bukan hanya daging-dagingan, melainkan segala unsur yang ada dalam menu harian kita. Bagaimana bijak kita menyikapinya?
Pak Slamet, 76 tahun umurnya sekarang. la membaca kalau mau panjang umur tidak boleh rakus makan. Makin bertambah umur, makin dikurangi makannya. Kebanyakan makan berkorelasi dengan banyak penyakit yang akan bermunculan. Pak Slamet mulai patuh untuk tidak rakus. Apa yang kemudian terjadi?
la menjadi lemah, kurang bertenaga, dan kelihatan pucat. Lain dari itu, berat badannya di bawah berat ideal kalau dihitung indeks massa tubuhnya (BMI). Saking patuh dan ketatnya pada anjuran sedikit makan dan tidak rakus, badannya menderita. Lain dari itu, sekarang ia gampang masuk angin. Pulang dari jalan-jalan di mal, masuk angin. Baru pulang dari pesta, tidak enak badan. Apa yang salah?
Porsi dikurangi, lauk pauk tidakYang benar itu bukan semuanya serba dikurangi, sehingga selain porsi makan, keanekaragaman menu juga berkurang. Keadaan demikian yang bikin tubuh mengalami kekurangan gizi. Padahal, sampai umur berapa pun kebutuhan tubuh akan segala jenis zat gizi atau nutrien tidak berubah.
Tubuh butuh lebih 40 jenis nutrien setiap hari. Sebagian besar bersifat esensial. Artinya, nutrisi tidak boleh tak ada dalam menu harian lantaran tubuh tak bisa membuatnya sendiri.
Kita tahu tubuh membutuhkan sejumlah asam amino esensial, selain lemak esensial, dan mineral esensial juga. Kelompok nutrisi ini yang tidak boleh tidak ada dalam menu harian.
Ibarat mesin mobil, tubuh bisa pincang berputarnya jika satu atau lebih zat gizi tidak terpenuhi dari menu harian. Gejalanya belum tentu nyata. Mungkin muncul sebagai keluhan ringan, yang biasanya tak diabaikan. Umumnya mengeluh letih, lesu, lelah.
Jadi yang benar itu porsi makan yang harus makin dikurangi. Kalau makan nasi, ya porsi nasinya, rotinya, atau sumber karbohidratnya yang dikurangi.
Kendati bukan tergolong lemak, kelebihan asupan karbohidrat ditimbun jadi gajih juga. Sementara asupan lauk pauknya, termasuk protein, lemak baik yang jenuh maupun tak jenuh, serta vitamin-mineral, harus tetap tidak boleh dikurangi. Kekurangan gizi bukan saja mengganggu kelancaran metabolisme tubuh, sehingga organ tubuh tidak optimal bekerja. Pada titik nadirnya, mungkin memunculkah penyakit juga.
Namanya penyakit kurang gizi bila kekurangannya sudah mencapai tahap ekstrem. Contohnya serangan seriawan atau seriawan hebat pada pelaut yang kekurangan sayur mayur dan buah di laut lepas selama berbulan-bulan. Muncul penyakit skorbut, seriawan hebat sekujur rongga mulut dan bibir.
Kita mengenal pula sejumlah penyakit pada anak yang kurang gizi hebat, seperti kulit bersisik, rabun senja, rambut jagung, kaki bengkak (honger oedem), dan bibir anak dalam kandungan sumbing bila ibu hamil, misalnya, kurang vitamin B6, dan sumsum tulang belakang anak menganga bila ibu hamil kekurangan asam folat, dan banyak lagi.
Karena itu, jangan abaikan kecukupan nutrisi harian. Terutama bagi kaum usia lanjut yang tanpa sadar membatasi asupan menu harian, bukan saja porsinya, melainkan juga lauk pauknya sebagai sumber nutrien, dan sebagian bersifat esensial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bidvestiser

About

tuker link yuk

link sahabat

Pengikut