18 Jul 2010

Perempuan Peneliti Terhalang Kendala

Tak sedikit perempuan yang memilih karier dan profesi sebagai peneliti. Tak sedikit pula kontribusi yang diberikan para perempuan peneliti untuk negara. Hanya saja, menjadi peneliti, terutama bagi perempuan muda, belum menjadi pilihan favorit dibandingkan dokter, misalnya.
Pertimbangan lain yang membuat jumlah profesi peneliti perempuan tak sebanyak lelaki, karena terkendala peran di rumah tangga. Bagaimanapun, perempuan dengan pendidikan tinggi dan potensi sebagai peneliti handal, masih dihadapkan pada kultur patriarki. Bahwa kultur yang juga diikuti oleh perempuan itu sendiri, masih membebani perempuan dengan peran di rumah tangga yang lebih besar.
"Saat pulang ke rumah, perempuan (peneliti - RED) masih harus disibukkan dengan mengurus rumah dan keluarga. Pekerjaan sebagai peneliti ditinggalkan sementara untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Bukan berarti suami tidak membantu atau tidak berbagi peran di rumah. Hanya saja, perempuan merasa peran di rumah lebih menjadi tanggungjawabnya. Rasa tanggungjawab inilah yang membuat perempuan mengalihkan perhatian sementara dari pekerjaan profesinya ke pekerjaan rumah tangga," papar Dr Wiratni, peneliti dari Universitas Gajah mada, yang ditemui sejumlah media saat menjadi juri di ajang kompetisi sains untuk remaja puteri beberapa waktu lalu.
Selain terkendala peran rumah tangga, pekerjaan penelitian itu sendiri sering memakan waktu berbulan-bulan. Hal ini membuat perempuan berpikir ulang, karena tak ingin terlalu lama mengabaikan keluarganya.
Meninggalkan keluarga, terutama anak-anak, untuk waktu yang lama menjadi pertimbangan tersendiri. Tak mudah menjalani pekerjaan tanpa kesepakatan dan kesepahaman dengan keluarga.
Namun bahwa profesi peneliti masih belum populer, bukan dikarenakan kedua hal tadi. Hal ini lebih disebabkan dunia penelitian yang masih identik dengan lelaki, dan belum banyak dikenal masyarakat sebagai profesi bermasa depan cerah.
"Orang awam masih belum menyadari masa depan peneliti yang cerah. Peneliti merupakan individu paling merdeka yang kontribusinya sangat dibutuhkan, tak hanya dalam dunia iptek namun juga semua bidang," jelas Atik Retnowati, peneliti LIPI, Fellow 2008 dari program Fellow for Women in Science kerjasama L'Oreal dan UNESCO.
Alangkah bahagianya perempuan yang bisa menjalani profesi ini dengan dukungan seluruh keluarganya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bidvestiser

About

tuker link yuk

link sahabat

Pengikut